Penyebab Leukemia
Penyakit leukemia disebabkan oleh kelainan sel darah putih di dalam tubuh dan tumbuh secara tidak terkendali. Belum diketahui penyebab pasti dari perubahan yang terjadi, namun beberapa faktor berikut ini diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia. Faktor risiko yang dimaksud meliputi:
- Memiliki anggota keluarga yang pernah menderita leukemia.
- Menderita kelainan genetika, seperti Down Syndrome.
- Menderita kelainan darah, seperti sindrom mielodisplasia.
- Memiliki kebiasaan merokok.
- Pernah menjalani pengobatan kanker dengan kemoterapi atau radioterapi.
- Bekerja di lingkungan yang terpapar bahan kimia, misalnya benzena.
Jenis Leukemia
Leukemia dapat bersifat kronis dan akut. Pada leukemia kronis, sel kanker berkembang secara perlahan dan gejala awal yang muncul biasanya tergolong sangat ringan. Sementara pada leukemia akut, perkembangan sel kanker terjadi sangat cepat dan gejala yang muncul dapat memburuk dalam waktu singkat. Leukemia akut lebih berbahaya dibandingkan leukemia kronis.
Berdasarkan jenis sel darah putih yang terlibat, leukemia terbagi menjadi empat jenis utama, yaitu:
Leukemia limfoblastik akut
Acute lymphoblastic leukemia (ALL) atau leukemia limfoblastik akut terjadi ketika sumsum tulang terlalu banyak memproduksi sel darah putih jenis limfosit yang belum matang atau limfoblas.
Leukemia limfositik kronis
Chronic lymphocytic leukemia (CLL) atau leukemia limfositik kronis terjadi ketika sumsum tulang terlalu banyak memproduksi limfosit yang tidak normal dan secara perlahan menyebabkan kanker.
Leukemia mieloblastik akut
Acute myeloblastic leukemia (AML) atau leukemia mieloblastik akut terjadi ketika sumsum tulang terlalu banyak memproduksi sel mieloid yang tidak matang atau mieloblas.
Leukemia mielositik kronis
Chronic myelocytic leukemia (CML) atau leukemia mielositik kronis terjadi ketika sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel mieloid yang matang.
Selain keempat jenis leukemia di atas, ada beberapa jenis leukemia lain yang jarang terjadi, di antaranya:
- Leukemia sel rambut (hairy cell leukemia).
- Leukemia mielomonositik kronis (chronic myelomonocytic leukemia).
- Leukemia promielositik akut (promyelocytic acute leukemia).
- Leukemia limfositik granular besar (large granular lymphocytic leukemia).
- Juvenile myelomonocytic leukemia, yaitu jenis leukemia mielomonositik yang menyerang anak usia di bawah 6 tahun.
Diagnosis Leukemia
Dokter akan menanyakan gejala yang dialami penderita dan melakukan pemeriksaan fisik. Melalui pemeriksaan fisik, dokter dapat mendeteksi tanda-tanda leukemia yang muncul, seperti memar pada kulit, kulit pucat akibat anemia, serta pembengkakan kelenjar getah bening, hati, dan limpa.
Meski demikian, diagnosis leukemia belum dapat dipastikan hanya dengan pemeriksaan fisik. Karena itu, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis dan jenis leukemia yang dialami penderita. Jenis pemeriksaan yang dilakukan, meliputi:
Tes darah
Tes hitung darah lengkap dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Dokter dapat menduga penderita mengalami leukemia jika jumlah sel darah merah atau trombosit rendah dan bentuk sel darah tidak normal.
Aspirasi sumsum tulang
Prosedur aspirasi sumsum tulang dilakukan melalui pengambilan sampel jaringan sumsum tulang belakang dari tulang pinggul dengan menggunakan jarum panjang dan tipis. Sampel ini kemudian diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi sel-sel kanker.
Selain tes diagnosis di atas, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan lain untuk memeriksa kelainan organ akibat leukemia. Jenis tes yang dapat dilakukan adalah:
- Tes pemindaian, misalnya USG, CT scan, dan MRI.
- Lumbal pungsi.
- Tes fungsi hati.
- Biopsi limpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar